Selasa, 22 September 2015

Kamang I Tuhan LAGU BAHASA TONSAWANG



Kamang I Tuhan

Awa wana kamang katowanu
Awa how mahales si Tuhan
Awa how I muha imbewatung
Awa how ena besi Tuhan

Refr:   Indonai  ahu Kamang u Tuhan
Iwongeahu pahasa wehow
Tumawoi ahu tanu si Tuhan
Indonai ahu kamang u Tuhan

Awa wana kamang katowanu
Awa wesairi tatowainu
Awa daha I Tuhan nimowod
Awa ulit Kristen ngalanu

AMANG A KAUMBUNGAN / BAPA DALAM SORGA / LAGU BAHASA TONSAWANG



“AMANG A KAUMBUNGAN”


AMANG A KAUMBUNGAN SIHOW NINGUMELED
BUHANAI TUTULEN AMBAOI TOBA
SULENANGE NDO’O, UYUNGENAY NDO’O
SAPUATENANGE E TUTULEYKU.

REFR:    KELI-HELIDENAY, ELU-ELURENAY, KAMI TAHULA
PAPONGUMAN, PATAAREN I TOU A KATOWAN
TOMBO-TOMBOYENAY, DOWO-ROWOTENAY AMBAOI TOBA
PAPONGUMAN, PATAAREN I TOW A KATOWAN
PAHATUAN . . . . PAHALOWIDEN.


“BAPA DALAM SORGA”

BAPA DALAM SORGA TUHAN YANG MENCIPTA
KUAKKAN JALANKU DI DALAM DUNIA
TERANGI KIRANYA, LINDUNGI KIRANYA
KAWALI KIRANYA KU DI JALANKU

REFR:    BERKATILAH KIRANYA, RAWATILAH KAMI, KAMI SEMUA
PERMOHONAN, KERINDUAN KAMI DALAM HIDUP
SEHAT-SEHATKANLAH, KUAT TEGUHKANLAH DI ATAS BUMI
PERMOHONAN, KERINDUAN KAMI DALAM HIDUP
SELAMATLAH . . . . DAN SEJAHT’RALAH.

SEJARAH DESA SILIAN BARAT



GAMBARAN UMUM KONDISI DESA

2.1. Sejarah Desa
2.1.1. Asal-usul/Legenda Desa

          Tertulis/terdengar cerita daerah pedesaan yang subur, tumbuhan yang menghijau, di atas tanah yang datar dan berbukit di tumbuhi pohon dan semak yang masih lebat, hiduplah sekelompok masyarakat rukun dan damai meskipun penduduk-penduduk dalam kehidupan primitif, Dotu  suku Toundanow mendiami pinggiran Danau Tondano dan setelah beberapa waktu berada ditempat itu, terlalu banyak gangguan antara lain tempat-tempat mereka/gubuk dinaiki oleh ikan-ikan yang bernama Biho (Udang). Hal itu tidak dihiraukan oleh Dotu  Toundanow, nanti setelah Burung Bangau membawa atap atau rumbia dari gubuk-gubuk  mereka dan menerbangkan ke arah selatan, barulah Dotu Toundanow memperhatikannya serta mengikuti bangau-bangau itu melintasi Gunung Soputan dan Gunung Manimporok. Ternyata atap-atap itu dijatuhkan kesuatu tempat bernama Keleroong yang sekarang berada diwilayah kepolisian Desa Silian satu dan Desa Silian Utara. Ditempat tersebut banyak ditemukan Kulit Bia (Kolombi), dan air yang mereka gunakan adalah air Goa Baleipisok.

          Dari Keleroong  Dotu Toundanow turun ke suatu tempat bernama Liahayu, pada waktu itu Dotu menamakan tempat itu LIAHAYU oleh sebab bertumbuhnya pohon Rica/Cabai yang besar, dimana menurut Cerita orang tua Pohon rica tersebut dipanjat untuk memetik buahnya. pada waktu itu Dataran Toundanow/Silian ini masih berbentuk danau. Dari Liahayu, Dotu Toundanow  diam dipinggiran sekitar Utara Desa Silian Timur, Silian Utara dan Silian satu pada bukit-bukit sampai di Dungusiorow, dan tempat berlabuhnya perahu-perahu mereka  di Baleinihan (Pancuran) yang sekarang berada di  Belakang  SDN Inpres Silian. Ketika Dotu Toundanow tiba di daerah ini yang mendiami daerah ini adalah Suku Bolaang Mongondow. Tetapi setelah berperang dengan Dotu Toundanow tergeserlah Suku bangsa Mongondow sesuai dengan batas Minahasa dengan Mongondow. Dari Liahayu Dotu-dotu Toundanow pindah dipegunungan bernama Batu. Dotu  pada Waktu itu bernama Tonaas PATA dalam hal ini Tonaas PATA I  sekitar Abad ke 15. Dari Batu Tonaas  Pata memerintahkan pada Tonaas Lelemboto dan Tonaas Tukali untuk mengeringkan danau Toundanou dan harus dibuat dua buah terowongan air pada dua tempat berlainan arah. Penggalian disebelah timur dipimpin oleh Tonaas  Lelemboto dan Tonaas Tukali memimpin penggalian disebelah barat. Mengawali penggalian terowongan ini terlebih dahulu diadadakan Rumages, sambil mempersembahkan Korban  kepada Amang A Kasuruan Hu Mutu-Utu. Pada Malam kesembilan, tiba-tiba terdengar teriakan Tonaas Tumatanga, sebagai tanda bahwa Permohonan mereka telah dikabulkan melalui isyarat suara burung Manguni. Tonaas Lelemboto dan Tonaas Tukali berhasil menggali terowongan, namun anehnya seperti ada kekuatan gaib yang menahan sehingga air tidak mengalir. Melihat keanehan itu, Tonaas Lelemboto kembali mengadakan Rumages dan Pesta Adat, sambil memerintahkan  dua orang  “Ata” (budak) turun kebawah terowongan untuk mencabut ketiga batang lidi yang telah ditancapkan sebelumnya. Ketika kedua Budak ini sudah berada dibawah berseruhlah Tonaas Lelemboto “Inilah kedua budak yang kupersembahkan  sebagai Tumbal “Ketika ketiga batang lidi tersebut berhasil dicabut, bersamaan dengan itu air langsung mengalir dengan deras sehingga malang bagi kedua budak itu, mereka lenyap ditelan arus air yang dahsyat menuju kearah tenggara, kemudian bermuara dipantai Watuliney sekarang. Ketika air sudah mengering nampaklah suatu daratan  luas yang kemudian dijadikan persawahan. Sedangkan beberapa tempat yang tetap digenangi air, itulah yang hingga kini merupakan Danau Bulilin, Seledan, Kawelaan, Useban,Tutud, kuyangga dan lain-lain.

Setelah Pembagian Wilayah dilaksanakan oleh Tonaas PATA I di Batu, Suku Touluaan bertempat disebelah Utara Batu bernama Dipes, kemudian turun ke Lolobohan (Sekarang disebut Doong koyongan) sekitar Abad ke 17. yang memimpin pada waktu itu  adalah Tonaas PATA II  Cucu dari Tonaas PATA I. Sejak waktu itu Suku yang mendiami tempat itu disebut TOU SILIAN yang artinya Penduduk yang mendiami  pinggiran Danau. Di Lolobohan (Doong koyongan) ini mulai disebut  SILIAN. Penduduk mulai berkembang, Keadaan Sosial, Budaya, Agama dan Pendidikan mulai ada Perubahan. Tonaas pada waktu itu diganti  oleh TONAAS/NAWO SELET, Anak Kandung TONAAS/NAWO PATA II sekitar abad ke 19. Bangsa belanda memasuki Wilayah Toundanow dengan cara berniaga, sambil menguasai Tonaas-Tonaas yang akhirnya berlaku sebagai pemerintah  pada kesempatan itu bangsa Belanda mengembangkan pula Agama Kristen Protestan. Rakyat Silian mulai mengenal Agama Kristen dari Lolobohan (Doong koyongan), ditempat tersebut ada didirikan satu Kanisah (Gereja Darurat) dan digunakan pula sebagai tempat sekolah yang disebut  SENDING GENOSKAP.

DESA SILIAN

          Dari Doongkoyongan Rakyat  Silian pindah ditempat yang bernama Kopi (Sekarang Desa Silian). Sekitar Tahun 1870 di bawah Pimpinan Tonaas/Nawo Selet. Ditempat inilah mulai berkembang Penduduk, Agama  dan Pendidikan. Kekuasaan yang menjadi kepala Kelompok disebut Tonaas berakhir sekitar tahun  1879. Disesuaikan dengan Pemerintahan Penjajahan Belanda yang sudah menguasai semua pihak, maka pada Tahun 1880 di desa Silian ditempatkan Pemerintah dan bukan lagi Tonaas tetapi digelar Hukum Tua.

AGAMA DAN KEPERCAYAAN

            Kepercayaan Zaman dahulu  adalah Animisme (kepercayaan kepada makhluk halus). Setiap tempat dipercayai ada penghuninya  yang disebut Kiong (Mahawale). Umpamanya, dalam  setiap Pembukaan ladang baru/Perkampungan baru, harus diminta pada penguasa  tempat tersebut, dengan    membuat/mengambil makanan dan ikan untuk penguasa/Kiong tempat tersebut. Contoh lain diadakan Tari maengket dan seorang memegang nyiru untuk meminta sesuatu seperti padi dan betul-betul terjadi.

            Karena orang-orang Tua dahulu yakin bahwa selain ada Penguasa-penguasa ditempat itu ada yang melebihi dari Penguasa dari tempat itu yaitu NINGUMELED AMBAOITOBA  yang menciptakan dunia ini. Empung sama dengan TUHAN atau EMBAILAN SI MUTU UTU  (Tuhan yang Maha Agung). Tapi setelah  Bangsa Belanda  datang di Toundanow/Silian begitu Cepat Agama Kristen berkembang sampai saat ini.

          Hukum Tua yang pertama di Desa Silian waktu itu adalah DJAYUS TAMPINONGKOL pada Tahun 1880. Sejak mulainya Hukum Tua  1 S/d 13  begitu pesat Perkembangannya Desa serta Penduduk Desa. Maka diadakanlah perluasan Lorong-lorong yang akhirnya jumlah Penduduk sampai dengan  Tahun 1976 sekitar 3.485 jiwa terdiri dari 8 Jaga.

            Maka melalui  SK Gubernur SULUT No. 29 Tahun 1977 tanggal 23 Februari  dan Keputusan Menteri dalam Negeri No. PM/3/35 Tanggal 08 September 1976 Maka Desa Silian dimekarkan, yang ditetapkan di Manado tanggal 15 Desember 1977 oleh Gubernur Kepala Daerah Sulawesi Utara. Desa Silian tergolong Desa swakarya Tingkat III, sesudah dimekarkan  sesuai Musyawarah maka :

            Desa Silian satu terdiri dari 5 Jaga dengan Jumlah Penduduk 2.220 Jiwa

            Desa Silian Dua terdiri dari 3 Jaga dengan Jumlah Penduduk 1.265 Jiwa

          Sesuai dengan Hasil Musyawarah Batas Kedua Desa ini adalah jembatan Mamaya Ke Selatan Ikut Sungai Mamaya dan Ke Utara  dari Jembatan Mamaya III ikut Bukit Dungusiorow  ke Barat belakang halaman SD GMIM l lalu menyusur Jalan Kebun sampai dengan di Popang, ke Mata air Salele, Ke Mata Air Lowian, lihat Danau Sulilion itulah Batas Desa Silian satu dan Desa Silian dua dan Bitung Amurang.

          Kemudian pada Tanggal 29 Desember 2006 Desa Silian Dua kembali mengalami pemekaran  menjadi 2 Desa  Yaitu :  Desa Silian dua yang terdiri dari 4 jaga  dan Desa Silian Tiga terdiri dari  4 Jaga.  

            Pada Tanggal 28 April 2010 oleh Bupati Minahasa Tenggara Ibu Telly Tjanggulung di Ratahan, memekarkan Desa Silian Tiga menjadi 2 Desa Yaitu : Desa Silian Tiga yang terdiri dari 4 Jaga dan Desa Silian Barat terdiri dari 4 Jaga, dengan nama Kecamatan Silian Raya.










2.1.2. Sejarah Pemerintahan Desa

Tabel 1.
SEJARAH PEMERINTAHAN DESA
NAMA-NAMA HUKUM  TUA/KEPALA DESA
SEBELUM DAN SESUDAH BERDIRINYA DESA SILIAN BARAT

NO.
PERIODE
NAMA HUKUM TUA
KET.
1
1880-1898
DJAYUS TAMPINONGKOL

2
1898-1906
ESTEPANUS TUMIGOLUNG
 -
3
1906-1942
LAURENS  MAMAHIT
  -
4
1942-1946
ISMAEL  SUOTH
 -
5
1946 - 1955
SEMUEL TUMIGOLUNG
-
6
1955 - 1958
MATATIAS  SANDAG
 -
7
19581959
KLAUDIUS  TUMIGOLUNG
Wkl / Pj -
8
1959-1962
JOSIAS  TANGEL
 -
9
1962-1965
JAN TANGEL
 Pj
10
1965-1971
ALFONSUS  SOLANG

11
1971-1975
MARKUS A. TUMIGOLUNG

12
1975-1976
JUSAK  POLUAN
 Pj
13
1976- Januari 1978
FERDINAND  J. KALANGI

14
1978-1979
WILIAM MAMAHIT
Pj
15
1979
WELLEM SOLANG
Pj
16
1979 - 1984
WILLIAM MAMAHIT

17
1984
P.S.S. MANOPPO
Pj
18
1984 - 1993
ALBERT WEM KINDANGEN

19
1993 - 2000
DANIEL TANGEL

20
2000 - 2007
RULAND LAURENS  SANDAG

21
29 Des 2006-               29 Des 2007
SEMLY ALFONSUS  MAMAHIT
Pj
22
29 Desember 2007   29 Desember 2013
SEMLY ALFONSUS  MAMAHIT
Hasil pemilihan Hukum Tua  pada hari Rabu tanggal 28 Nopember 2007
23
28 April 2010 –       27 April 2011
ROSJE JULIANA SOLANG
Pj.

27 April 2011– 
9 AGUSTUS 2011
JULEX WANGA
Pelaksana Harian

9 AGUSTUS 2011–
9 AGUSTUS 2017
ROSJE JULIANA SOLANG
Hasil pemilihan Hukum Tua  pada tahun 2011
 

2.1.3. SEJARAH PEMBANGUNAN DESA
Tabel 2.
SEJARAH PEMBANGUNAN DESA SILIAN BARAT

NO.
TAHUN
KEGIATAN PEMBANGUNAN
KET.
1
2010
Pembangunan Drainase Jaga 1 – Jaga 2
PNPM-MP
2
2010
Pembuatan Gorong-gorong Jaga 2
PNPM-MP
3
2010
Pembukaan Jalan Baru Jaga 4
SWADAYA

 

2.2. KONDISI GEOGRAFIS

Tabel 3.
Kondisi Geografis

NO.
URAIAN
KET.
1
Luas wilayah    :     163  Ha
a.   Wilayah Pemukiman                 6,9 Ha
b.   Wilayah Perkebunan                 159 Ha

2
Jumlah Jaga  : 4  (Empat)
1) Jaga Satu
2) Jaga Dua
3) Jaga Tiga
4) Jaga  Empat


3
Batas wilayah :
a. Utara        :   Wilayah Kepolisian Desa Ranomea
b. Selatan     :   Wilayah Kepolisian Desa Silian
c. Barat        :   Desa Silian Tiga
d. Timur       :   Desa Silian Dua

4
Bentuk Wilayah/Topografi
a.    Datar S/d  bergelombang                 8  %
b.    Bergelombang S/d berbukit              10  %
c.    Berbukit  S/d  bergunung-gunung     10   %

5
Hidrologi :
Irigasi berpengairan tehnis dan non tehnis

6
Klimatologi :
a.    Suhu           27 – 30 °C
b.    Curah Hujan    2000/3000 mm
c.    Kelembaban udara
d.   Kecepatan angin

7
Luas lahan pertanian
a.    Sawah                         :   22  Ha
b.    Sawah tadah hujan     :   -     Ha


9
Kawasan rawan bencana :
a.    Banjir                      :  - Ha



2.3. PEREKONOMIAN DESA

Tabel 4.
Tabel Sumber Penerimaan Desa

No
Sumber
Penerimaan Desa


Tahun
2010
2011

2010
1
Pajak
3.738.468,-


-
2

Alokasi Dana Desa
40.500.000,-
-

Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa:

1.        DPD/K adalah Dana pembangunan Desa yang bersumber dari pemerintah, besaran Dana tiap tahun bisa berubah sesuai dengan kebijakan PEMKAB.

2.        ADD atau Alokasi Dana Desa adalah Dana APBD Kabupaten besaran Dana tiap tahun bisa berubah sesuai dengan kebijakan PEMKAB.




2.4. SOSIAL BUDAYA

Tabel 5.
Kondisi Sosial Budaya Desa

NO.
URAIAN
JUMLAH
KET.
1
Kependudukan



A.   Jumlah Penduduk (Jiwa)
612


B.   Jumlah KK
178


C.   Jumlah laki-laki
323


       a.    0 – 15 tahun
97


       b.    16 – 55 tahun
177


       c.    Diatas 55 tahun
40


D.   Jumlah perempuan
289


       a.    0 – 15 tahun
90


       b.    16 – 55 tahun
186


       c.    Diatas 55 tahun
40

2
Kesejahteraan Sosial



a.    Jumlah KK Prasejahtera
97


b.    Jumlah KK Sejahtera
10


c.    Jumlah KK Miskin
58





3
Tingkat Pendidikan



a.    Belum Sekolah
44


b.    TK
16


c.    SD
214


d.   SLTP
117


e.    SLTA
156


f.    Diploma
18


g.    Sarjana
19





4
Mata Pencaharian



a.    Petani
131


b.    Peternak
5


c.    Pedagang
20


d.   Tukang Kayu
2


e.    Tukang Batu
-


f.    Penjahit
3


g.    PNS
17


h.    Pensiunan
8


i.     TNI/Polri
-


j.     Perangkat Desa
13


k.    Pengrajin
3


l.     Industri kecil
1


m.   Buruh Industri
-


n.    BPD
5

5
Agama



a.    Islam
-


b.    Kristen Protestan
580


c.    Kristen Katolik
4


d.   Hindu
-


e.    Budha
-


Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa :

1.             Kependudukan.
          Jumlah usia produktif lebih banyak dibanding dengan usia anak-anak dan lansia. Dari 584  jumlah penduduk yang berada pada kategori usia produktif  laki-laki dan perempuan jumlahnya hampir sama / seimbang.

2.       Kesejahteraan

3.       Tingkat Pendidikan
          Kesadaran tentang pentingnya pendidikan terutama pendidikan 9 tahun baru terjadi beberapa tahun ini sehingga jumlah lulusan SD dan SLTP mendominasi peringkat Pertama.

4.       Mata Pencaharian
          Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani ada juga yang berprofesi  sebagai Sopir, Tukang Ojek dan lain-lain.

5.       Agama
Seluruh warga masyarakat Desa Silian Barat adalah  Memeluk Agama Kristen



2.5. PRASARANA DAN SARANA DESA

Tabel 6.
Sarana dan Prasarana Desa

NO.
URAIAN
JUMLAH
KET.
1.
Kantor Desa
1
 Kantor Desa Sementara/Pinjam
2.
Gedung SMA
-

3.
Gedung SMP
-

4.
Gedung SD
-

5.
Gedung TK
-

6.
Gedung Gereja
2

7.
Gedung Kerukunan Duka
1

8.
Gedung Kantor Jaga
1

9.
Pasar Desa
-

10.
Polindes
-

11.
Jembatan/Bubusan
3

12
Poskamling
1



          Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa :

1.             Gedung SLTP dan SLTA tidak diperlukan di Desa SILIAN BARAT  karena jumlah siswa yang hanya sedikit sudah terakomodasi dalam SLTP dan SLTA terdekat.

2.             Pasar Desa tidak ada, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat biasanya mereka datang ke pasar tradisional yang ada di kecamatan Tombatu.

3.             Secara umum prasarana dan sarana yang ada di desa masih akan dibangun untuk memenuhi kebutuhan yang ada..




2.6. PEMERINTAHAN UMUM

Tabel 7.
Pemerintahan Umum

No
Uraian
Keberadaan
Keterangan
Ada
Tidak
1
Pelayanan kependudukan
Ada


2
Pemakaman
Ada


3
Perijinan
-
Tidak

4
Pasar tradisional
-
Tidak

5
Ketentraman dan tibum
ada




Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.             Pelayanan kependudukan dilaksanakan setiap hari jam kerja kadang kala ada juga penduduk yang datang pada sore atau malam hari, hal ini bisa dimaklumi karena mayoritas penduduk adalah petani, karena kesibukan bekerja seharian dan juga sesuai dengan kebutuhan.
2.             Ada 1 (satu) lokasi pemakaman dan masih berada di desa induk (Desa Silian Tiga). Prosesi pemakaman dipimpin oleh Pemimpin Golongan Agama  setempat dan dilaksanakan secara gotong royong oleh warga melalui Kerukunan Sosial Duka.
3.             Perijinan diantaranya adalah ijin keramaian
4.             Ijin keramaian diwajibkan bagi kegiatan yang bisa mendatangkan massa dalam jumlah banyak  Ijin ini selain ke pemerintah desa juga diteruskan ke MUSPIKA.
5.             Ijin tinggal diberlakukan kepada warga asing yang bertamu lebih dari 24 jam atau menginap terutama jika bukan keluarga dekat dengan warga setempat.
6.             Pasar tradisional tidak ada, warga biasa datang ke pasar tradisional yang ada di Kecamatan Tombatu.
7.             Satuan linmas memiliki anggota sebanyak  8 personel aktif dan siap sewaktu-waktu jika ada kegiatan yang bersifat lokal atau skala kecil. Untuk pengamanan skala sedang dan besar linmas dibantu dari POLSEK dan KORAMIL.



BAB III
VISI DAN MISI

3.1.    VISI DESA

          MEWUJUDKAN DESA SILIAN BARAT MENJADI DESA MANDIRI MELALUI BIDANG PERTANIAN DAN INDUSTRI KECIL"

          3.1.1.   Nilai-nilai yang melandasi:

                      3.1.1.1.     Selama bertahun-tahun Desa SILIAN BARAT menyandang gelar sebagai  Desa Swakarya Tingkat III. Sebuah sebutan yang sangat membanggakan sumber daya yang ada cukup memadai.

                     3.1.1.2.     Sebagian besar warga Petani dan buruh tani juga ada yang memelihara hewan ternak meski dalam skala kecil, biasanya hanya digunakan untuk investasi jangka pendek.

          3.1.2.   Makna yang terkandung :

                     3.1.2.1.     Terwujudnya : Terkandung didalamnya peran pemerintah dalam mewujudkan   Desa Silian Barat  yang mandiri secara ekonomi

                     3.1.2.2.     Desa Silian Barat  adalah satu kesatuan masyarakat hukum dengan segala potensinya dalam sistem pemerintahan di wilayah Desa Silian Barat

                     3.1.2.3.     Mandiri  adalah suatu kondisi kehidupan yang kreatif, inovatif, produktif dan partisipatif sehingga mampu memenuhi kebutuhannya sendiri

                     3.1.2.4.     Pertanian : Bahwa sektor pangan adalah hal utama dalam perekonomian, sehingga tidak akan terjadi rawan pangan di Desa Silian Barat.









3.2.    MISI DESA

          3.2.1.   Memperbaiki dan menambah sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk. Meningkatkan SDM melalui pendidikan formal maupun informal

          3.2.3.   Bekerja sama dengan petugas penyuluh lapangan untuk meningkatkan hasil pertanian

          3.2.4.   Meningkatkan usaha Pertanian

          3.2.5.   Meningkatkan dan mengelola Pendapatan Asli Desa

          3.2.6.   Mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih melalui pelaksanaan Otonomi Daerah.

BAB IV
STRATEGI  PEMBANGUNAN  DESA

          Program Desa diawali dari musyawarah Desa yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat, tokoh Agama, LPMD, Pemerintah Desa beserta BPD dalam rangka penggalian gagasan. Dari penggalian gagasan tersebut dapat diketahui permasalahan yang ada di Desa dan kebutuhan apa yang diperlukan oleh masyarakat sehingga aspirasi seluruh lapisan masyarakat bisa tertampung.

          Sebagai wakil dari masyarakat BPD berperan aktif membantu pemerintah Desa dalam menyusun program Pembangunan. Pemerintah Desa beserta BPD merumuskan program Pembangunan Desa, dalam hal ini menyusun Pembangunan apa yang sifatnya mendesak dan harus dilakukan dengan segera dalam arti menyusun skala prioritas.



BAB V

ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DESA

5.1.    Arah Pengelolahan Pendapatan Desa

          -    Pendapatan Desa bersumber dari Administasi  desa dan Dana dari Pemerintah.
          -    Pajak  dipungut  oleh Kepala  Jaga dibantu oleh  Meweteng  sesuai  dengan wilayah   Jaga  masing - masing   kemudian  dikumpulkan  dan  disetorkan  oleh Kepala Urusan Umum  ke Bank  BRI Unit Tombatu,  ada   kalanya  petugas   dari   Kabupaten datang sendiri sekaligus untuk mengevaluasi.

5.2.    Arah Pengelolahan Belanja Desa
a.    Penghasilan Tetap Hukum Tua dan Perangkat Desa
b.    Tunjangan BPD.
c.    Pengadaan Barang dan jasa
d.   Pengadaan  ATK, inventaris Kantor Desa dll.
e.    Biaya operasional Pemerintah Desa
f.     Biaya seragam Kades dan Perangkat Desa
g.    Meliputi biaya rapat dan perjalanan Dinas
h.    Pembangunan sarana dan prasarana, dll Semuanya diatur dalam APBDes

5.3.    Kebijakan Umum Anggaran

          Pemerintah Desa bersama BPD melaksanakan musyawarah guna membahas anggaran yang dibutuhkan selama setahun dengan menggunakan tolok ukur pada tahun-tahun sebelumnya yang kemudian dituangkan dalam APB-Des.



BAB VI
KEBIJAKAN UMUM DESA

          Secara administratif Desa Silian Barat terbagi dalam 4 (empat) Jaga dan pemukiman penduduk terbagi dalam 4 (empat) wilayah Timur, Barat, Utara dan Selatan.
          Pelaksanaan Pembangunan di desa Silian Barat  khususnya di tiap Jaga harus dilaksanakan seimbang agar tidak terjadi kecemburuan yang mengakibatkan ketidak harmonisan dalam masyarakat. Demi tercapainya azas "adil dan merata". Setiap pembangunan dilaksanakan bertahap dan pelaksanaan pembangunan harus melibatkan seluruh warga Desa/Jaga agar tercipta rasa saling memiliki meskipun pembangunan tersebut berlokasi di wilayah Dusun/Jaga lain.

          Selain azas "adil dan merata" kami juga lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat darurat atau membutuhkan penanganan yang tidak bisa ditunda.


BAB VII
PROGRAM PEMBANGUNAN DESA
7.1 Pendidikan
1.      Pelatihan Wira usaha bagi pemuda
2.      Peningkatan SDM (PKK dan Kader Keuangan Desa)
3.      Gedung TK / PAUD
4.      Pelatihan Home Industry
5.      Pelatihan Perbengkelan
6.      Pelatihan Peternakan
7.      Pelatihan Pertanian
8.      Pelatihan Pembuatan pupuk organik
9.      Sarana TK/APE Balita

7.2 Kesehatan
  1. Perbaikan saluran pembuangan
  2. MCK / Jamban keluarga
  3. Pengembangan Pembangunan polindes
  4. Sarana fogging

7.3 Sarana dan Prasarana
1.      Pembangunan Kantor Desa dan Balai Pertemuan Umum (BPU)
2.      Pengadaan Komputer
3.      Pengadaan Meubelair
4.      Pembangunan Kantor Jaga 2, 3, dan Jaga 4
5.      Pembangunan Pos Kamling
6.      Pembuatan Drainase dan Gorong-gorong
7.      Pengaspalan Jalan Desa/Jalan Lorong
8.      Pembuatan Jalan Lorong/Jalan baru
9.      Pembuatan Jalan Perkebunan
10.  Pembuatan Trotoar
11.  Pembangunan Tugu Sejarah Desa
12.  Pembangunan Pangkalan Ojek

7.4 Lingkungan Hidup
  1. Perbaikan saluran pembuangan
  2. MCK / Jamban keluarga
  3. Pengembangan Pembangunan polindes
  4. Sarana fogging

7.5 Sosial Budaya
  1. Perbaikan saluran pembuangan
  2. MCK / Jamban keluarga
  3. Pengembangan Pembangunan polindes
  4. Sarana fogging

7.2 Koperasi dan Usaha Masyarakat
1.      Rehab Box (pembagi air)
2.      Pengajuan Badan Hukum HIPPA
3.      Pengadaan Sarana home industry
4.      Mengembangkan BUMDES dan UPK
5.      Saluran Air Pertanian.

7.3 Sosial Budaya
1.      Taman Jalan Buyud Dhali.
2.      Gapura batas Desa /  dan gapuran Jalan Desa



7.6 Agama
1.    Pembangunan Gereja





BAB VIII
PENUTUP

          Semua program yang kami cantumkan hanya kebutuhan utama yang bisa menyusun lihat pada saat ini, tidak menutup kemungkinan ada program tambahan yang sifatnya darurat dan tidak bisa ditunda, sebagai contoh adalah bencana Alam Gunung Merapi  Soputan yang terjadi pada awal tahun 2007 ini mengakibatkan kerusakan rumah Penduduk  mau tidak mau harus segera diperbaiki karena menyangkut kebutuhan pokok penduduk, karena tidak tercantum dalam rencana program maka swadaya masyarakat sangat diperlukan berupa tenaga gotong royong maupun material yang bisa diambil dari lokal Desa.

          Karena program ini hanya untuk 5 tahun maka untuk menjembatani kekosongan dokumen perencanaan jangka menengah pada masa Jabatan Hukum Tua, penyusun menyiapkan program yang sifatnya hanya sekunder dan tidak membutuhkan biaya dalam jumlah besar karena masa akuisisi biasanya tidak lama.  Program tersebut meliputi rehabilitasi sarana dan prasarana yang ada selain itu menyusun juga akan melakukan evaluasi program apa saja yang belum terealisasi sehingga bisa diteruskan untuk RPJM-Des tahun-tahun selanjutnya sehingga program pembangunan tersebut bisa terus berkesinambungan meskipun yang menduduki jabatan Hukum Tua silih berganti.

          Demikian program - program yang kami rencanakan. Semoga Kasih Kristus selalu memberikan Berkat/kemampuan sehingga   semua   program   bisa    terealisasi   sesuai  dengan penyusunan dan perencanaan.